BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah
mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah
kompleks, dimana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada
yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu meneteki serta anak
bawah lima tahun.
Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran
pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA
adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara
berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak dari mereka perlu
masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran
pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai
pada,masa dewasa.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4
kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA
setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit
ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian
yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari
2 bulan.
B. Tujuan
1. Untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita
yang di sebabkan oleh ISPA.
2. Untuk
menhindari terjadinya penyakit ISPA
C. Rumusan masalah
1. Apa definisih
ISPA
2. Apa yang
menyebabkan terjadinya ISPA
3. apa
gejala-gejala penyakit ISPA
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi ISPA
ISPA
sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar II
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi
saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
ISPA
adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai
gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga
tengah dan selaput paru.
Sebagian
besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek
dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan
menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat
mengakibat kematian.
Program
Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu
pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya
penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek
seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas
lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar
penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi
antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita.
Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut
harus mendapat antibiotik.
ISPA
dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Kelainan
pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan
bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan
pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh
virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim
dingin.
Penyakit
infeksi akut yang menyerang salah satu atau lebih bagian dari saluran napas
mulai dari hidung (saluran bagian atas) hingga jaringan di dalam paru-paru
(saluran bagian bawah).Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni ‘infeksi’,
‘saluran pernapasan’, dan ‘akut’, dimana pengertiannya adalah sebagai berikut :
1.
Infeksi
Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2.
Saluran pernapasan
Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai
dari hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ di sekitarnya.
3.
Infeksi Akut
Adalah Infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari ( £ 14
hari ). Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut.
B. Tanda-tanda
bahaya
Pada
umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan
gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala
menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan
pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka
dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih
tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan
yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam
kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda
bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda
laboratoris.
Tanda-tanda klinis
• Pada sistem respiratorik
adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas
cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan
wheezing.
• Pada sistem cardial
adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
• Pada sistem cerebral
adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung,
kejang dan coma.
• Pada hal umum adalah :
letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratoris
• hypoxemia,
• hypercapnia dan
• acydosis (metabolik dan
atau respiratorik).
Tanda-tanda
bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada
anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan
minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya),
kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin.
C.
PENYEBAB & PENCETUS ISPA
Saluran
pernapasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran mukosa bersilia
(silia = rambut-rambut halus). Udara yang masuk melalui rongga hidung disaring,
dihangatkan dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh
rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan
terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke
posterior/belakang ke rongga hidung dan ke arah superior/atas menuju faring.
Secara
umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan
pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga
tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar.
Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran
pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari
hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik
dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan
memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.
Menurut
WHO (World Health Organization = organisasi kesehatan dunia),
pengeluaran lendir atau gejala pilek terjadi pada penyakit flu ringan
disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus dan/atau coronavirus.
Penyakit ini dapat disertai demam pada anak selama beberapa jam sampai tiga
hari. Sedangkan pencemaran udara diduga menjadi pencetus infeksi virus pada
saluran napas bagian atas.
ISPA
dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernapasannya.
D.
PENATALAKSANAAN
KASUS ISPA
Penemuan
dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan
strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena
pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat
pada pengobatan penyakit ISPA) .
Pedoman
penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit
ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus
batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang
bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang
pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang
penting bagi pederita ISPA.
Program Pemberantasan ISPA
(P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
• Pneumonia berat: ditandai
secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).
• Pneumonia: ditandai
secara klinis oleh adanya napas cepat.
• Bukan pneumonia: ditandai
secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada
kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong
bukan pneumonia (4).
Berdasarkan hasil
pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini
dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan
sampai 5 tahun.
Untuk
golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
• Pneumonia berada:
diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau
napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali
per menit atau lebih.
• Bukan pneumonia: batuk
pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah
atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5
tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
• Pneumonia berat: bila
disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam
pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan
tenang tldak menangis atau meronta).
• Pneumonia: bila disertai
napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per
menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
• Bukan pneumonia: batuk
pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak
ada napas cepat.
a. Pengobatan
• Pneumonia berat : dirawat
di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan sebagainya.
• Pneumonia: diberi obat
antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi
kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita
menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin
atau penisilin prokain.
• Bukan pneumonia: tanpa
pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat
digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat
yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam
diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk
pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)
disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan
oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10
hari.
b. Perawatan dirumah
Beberapa hal yang perlu
dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA.
•
Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun
demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2
bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6
jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan
dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan
menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
·
Mengatasi
batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang
aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
·
Pemberian
makanan
Berikan makanan yang cukup gizi,
sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya,
lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
·
Pemberian
minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih,
air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu
mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
E.
Pencegahan dan Pemberantasan
a.
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
• Menjaga keadaan gizi agar
tetap baik.
• Immunisasi.
• Menjaga kebersihan
prorangan dan lingkungan.
• Mencegah anak berhubungan
dengan penderita ISPA.
b.
Pemberantasan
yang dilakukan adalah :
·
Penyuluhan
kesehatan yang terutama di tuj ukan pada para ibu.
·
Pengelolaan
kasus yang di sempurnakan.
·
Imunisasi.
c.
Pelaksana pemberantasan
Tugas
pemberatasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama. Kepala Puskesmas
bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di wilayah kerjanya.
Sebagian
besar kematiaan akibat penyakit pneumonia terjadi sebelum penderita mendapat
pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran serta aktif masyarakat melalui
aktifitas kader akan sangat'membantu menemukan kasus-kasus pneumonia
yang perlu mendapat
pengobatan antibiotik (kotrimoksasol) dan kasus-kasus pneumonia berat yang
perlusegera dirujuk ke rumah saki t .
Dokter puskesmas mempunyai
tugas sebagai berikut :
• Membuat rencana aktifitas
pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau sarana dan tenaga yang tersedia.
• Melakukan supervisi dan
memberikan bimbingan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA kepada perawat
atau paramedis.
• Melakukan pemeriksaan
pengobatan kasus- kasus pneumonia berat/penyakit dengan tanda-tanda bahaya yang
dirujuk oleh perawat/paramedis dan merujuknya ke rumah sakit bila dianggap
perlu.
• Memberikan pengobatan
kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke rumah sakit.
• Bersama dengan staff
puskesmas memberi kan penyuluhan kepada ibu-ibu yang mempunyai anak balita.
perihal pengenalan tanda-tanda penyakit pneumonia serta tindakan penunjang di
rumah,
• Melatih semua petugas
kesehatan di wilayah puskesmas yang di beri wewenang mengobati penderita
penyakit ISPA,
• Melatih kader untuk bisa,
mengenal kasus pneumonia serta dapat memberikan penyuluhan terhadap ibu-ibu
tentang penyaki ISPA,
• Memantau aktifitas
pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan pemberantasan penyakit ISPA. menditeksi
hambatan yang ada serta menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan
pelaporan serta pencapaian target.
d.
Paramedis Puskesmas Puskesmas pembantu
• Melakukan penatalaksanaan
standar kasus-kasus ISPA sesuai petunjuk yang ada.
• Melakukan konsultasi
kepada dokter Puskesmas untuk kasus-kasus ISPA tertentu seperti pneumoni berat,
penderita dengan weezhing dan stridor.
• Bersama dokter atau
dibawah, petunjuk dokter melatih kader.
• Memberi penyuluhan
terutama kepada ibu-ibu.
• Melakukan tugas-tugas
lain yang diberikan oleh pimpinan Puskesmas sehubungan dengan pelaksanaan
program pemberantasan penyakit ISPA.
e.
Kader kesehatan
• Dilatih untuk bisa
membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan pneumonia tidak berat) dari
kasus-kasus bukan pneumonia.
• Memberikan penjelasan dan
komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa (bukan pneumonia) serta penyakit
pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu
yang anaknya menderita penyakit Memberikan pengobatan sederhana untuk
kasus-kasus batuk pilek (bukan pneumonia) dengan tablet parasetamol dan obat
batuk tradisional obat batuk putih.
• Merujuk kasus pneumonia
berat ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat.
• Atas pertimbangan dokter
Puskesmas maka bagi kader-kader di daerah-daerah yang terpencil (atau bila
cakupan layanan Puskesmas tidak menjangkau daerah tersebut) dapat diberi
wewenang mengobati kasus-kasus pneumonia (tidak berat) dengan antibiotik
kontrimoksasol.
• Mencatat kasus yang
ditolong dan dirujuk.
BAB
III
PENUTUP
A . Kesimpulan
Penyakit
ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak, penyebab
kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Klasifikasi penyakit ISPA
tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan
penderita, Penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama
semua pihak, yaitu peranserta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis
dam kader kesehatan untuk menunjang keberhasilan menurunkan angka, kematian dan
angka kesakitan sesuai harapan pembangunan nasional.
B . Saran
Karena
yang terbanyak penyebab kematian dari ISPA adalah karena pneumonia, maka diharapkan
penyakit saluran pernapasan penanganannya dapat diprioritaskan. Disamping itu
penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan
dilaksanakan secara berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan pemberantasan
kasus ISPA yang sudah dilaksanakan sekarang ini, diharapkan lebih ditingkatkan
lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ranuh,
IG. G, Pendekatan Risiko Tinggi Dalam Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Anak.
Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak. FK-UNAIR 1980.
Santosa, G. Masalah Batuk
pada Anak. Continuing Education Anak. FK-UNAIR. 1980.
Gawat Darurat Dibidang
Pulmonologi .Simposium Gawat Darurat Pada Anak. Surabaya. 1987.
DepKes RI. Direktorat
Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
Bimbingan Ketrampilan Dalam
Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Anak. Jakarata, :10 ,1991.
Lokakarya Dan Rakernas
Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan akut. 1992
Pendekatan Epidemiologi I
dan Dasar-Dasar Surveilans, Untuk Pelatihan Prajabatan Umum dan khusus tenaga
Paramedis di puskesmas.jakarta. 1992.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar